Wednesday 30 May 2012

Teladan Keikhlasan Daripada Ummu Salamah r.a.

Ummu Salamah dan suaminya Abu Salamah adalah antara keluarga yang pertama sekali memeluk agama Islam di Mekah. Sejak memeluk agama Islam, penderitaan seakan-akan menjadi warna dasar kepada kehidupan mereka berdua. Quraish sangat kejam dan keji menindas kehidupan mereka sehingga mereka berdua terpaksa berhijrah ke Habsyah. Tidak lama di Habsyah, mereka berdua kembali ke Mekah dengan harapan penindasan Quraish telah berkurangan. Tetapi sesampainya di Mekah ternyata Quraish semakin bermaharajalela sehingga Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk berhijrah ke Madinah.

Ketika hendak berhijrah ke Madinah, Ummu Salamah bersama suaminya mengalami sebuah peristiwa yang sangat memilukan. Kabilah Bani Mughirah yang merupakan keluarga Ummu Salamah menahan mereka. Mereka tidak membenarkan Abu Salamah membawa Ummu Salam berhijrah ke Madinah. Maka dalam keadaan menangis Ummu Salam terpaksa berpisah dengan suami tercinta. Ternya penderitaan tidak berakhir setakat itu sahaja. Kabilah Bani Asad yang merupakan keluarga dari suaminya mendatangi Kabilah Bani Mughirah. Keluarga suaminya itu berkata kepada Bani Mughirah, "Kamu semua boleh ambil kembali anak perempuanmu (Ummu Salamah) tetapi cucunya adalah anak kami. Maka biarkan kami mengambil cucu kami itu." Terjadilah perebutan paksa yang mengakibatkan salah satu lengan anak Ummu Salamah terputus. Akhirnya, Bani Asad berjaya membawa lari anak itu.

Setelah itu selama tahun Ummu Salamah setiap hari keluar rumah untuk menangis di tengah padang pasir. Keadaanya itu sangat memilukan dan menyedihkan hati setiap orang yang melihatnya. Setelah setahun akhirnya ada seorang saudaranya yang merayu kepada Bani Mughirah."Alangkah zalimnya kita ini. Sudahlah kita pisahkan dia dari suaminya. Kemudian, kita pisahkan pula dia dari anaknya. Kini sudah setahun dia menangis setiap pagi di padang pasir."

Kabilah Bani Mughirah akhirnya merasa kasihan. Mereka memanggil Ummu Salamah dan memberinya kebenaran untuk menjumpai suaminya. Kabilah Bani Asad yang mendengar hal itu juga menjadi kasihan dan menyerahkan anaknya kepadanya. Maka Ummu Salamah pun pergi ke Madinah ditemani oleh Ustman bin Abu Talhah. Di Madinah, Ummu Salamah menemui kebahagiaan yang memenuhi ruang hatinya. Dia kembali hidup bersama suami dan anaknya yang tercinta.

Namun, suratan takdir seakan tidak membiarkan kebahagiaan itu kekal lama di dalam rumah tangganya. Anaknya yang terpisah lama dari ibunya sakit dan meninggal dunia. Hari kematian anaknya itu, Abu Salamah berada di luar rumah. Pada saat kembali ke rumah, Abu Salamah menanyakan anaknya kepada Ummu Salamah. Jawab Ummu Salamah, "Wahai kanda, apakah yang harus kita lakukan jika orang yang menitipkan barang, meminta kembali barang tersebut kepada kita?" "Sudah tentu kita harus mengembalikan barang itu dengan serta merta." jawab Abu Salamah, "Ketahuilah kanda, ALLAH SWT telah menitipkan anak kita kepada kita sekian lama dan pada hari ini ALLAH telah mengambil kembali titipan tersebut."

Demikianlah kehebatan keikhlasan dalam jiwa Ummu Salamah. Anak yang diperjuangkan dengan menangis di tengah pada pasir selama setahun telah kembali kepada ALLAH SWT. Namun beliau begitu pasrah dan ikhlas menerimanya. Penderitaan itu ternyata belum berakhir. Tidak lama setelah kematian anaknya itu, suaminya Abu Salamah jatuh sakit. Sehingga sampailah takdir ALLAH SWT dengan meninggalnya suami tercinta.

Sebelum meninggal, Abu Salamah berpesan kepada isterinya, " Jika aku meninggal bacalah doa berikut: "Sesungguhnya kita hanya milik ALLAH dan akan kembali kepada-Nya. Ya ALLAH, berilah aku ganjaran pahala atas musibah ini dan anugerahkan kepadaku ganti yang lebih baik lagi."

Setelah Abu Salamah meninggal, Ummu Salamah menjalankan wasiat suaminya dengan membaca doa tersebut. Namun dalam hati belia berkata, "Duhai mana ada orang yang lebih daripada almarhum suamiku Abu Salamah." Ternyata doa dan keikhlasan Ummu Salamah selama ini tidak pernah dipersia-siakan ALLAH SWT. Setelah habis masa idah (masa menunggu) Rasulullah SAW mendatangi Ummu Salamah dan meminangnya menjadi Ummul Mukminin.

SubhanALLAH, demikianlah cerita keikhlasan Ummu Salamah berakhir dengan kebahagiaan sebagai isteri yang mendampingi Rasulullah SAW. Manakala kedudukannya dalam Islam adalah sebagai ibu kepada orang-orang yang beriman.

No comments:

Post a Comment